Mengatur Keuangan

Saya 2 bersaudara, dengan mbak saya. Sejak kecil, Ibu dan Bapak sudah mengajari kami cara mengatur keuangan, caranya dengan memberikan budget. Misal ingin sesuatu, maka kami diberi batasan harga dan mbak saya mendapat plafon yang lebih tinggi. Oleh karena itu, saya "tahu diri" jika melihat harga yang diatas jatah saya, maka saya tidak akan memilih itu. 

Beranjak besar, ketika kost, kami diberi uang saku untuk sebulan, pada dasarnya cukup, tapi tidak berlebih. Untuk itu saya pribadi lebih memilih untuk sering puasa, agar bisa menghemat uang makan (hehe). Jadi kalau saya pengin sesuatu yang "mahal" untuk ukuran mahasiswa, maka saya harus nabung, tidak bisa pengin langsung beli begitu saja.

Secara kehidupan sehari-hari, Ibu dan Bapak mengajarkan untuk : memakai sabun dan odol sampai habis, makan harus habis (jadi kalau mengambil harus bisa menakar ukuran, tidak asal ambil, tapi tidak bisa menghabiskan), baju yang masih pantas dipakai maka tidak perlu beli baru, menyimpan barang di tempatnya sehingga tidak setiap saat kehilangan barang, dll. Juga tidak diajari untuk branded minded, bahkan sering kami beli kain kiloan (milih sih), kami jahitkan ke penjahit dengan rancangan ala kami, eh ternyata dikira orang baju mahal hahaha. Kami juga relatif tidak iri dengan penampilan orang lain, karena Ibu adalah contoh sempurna : cantik, pintar dandan sendiri, pintar masak, pintar mengatur rumah, pintar mengatur uang, tampil sederhana tapi bisa memancarkan aura glamour. Membeli segala sesuatu, usahakan yang modelnya kalsik, sehingga awet / bertahan lama, kalau yang sekedar ikut model, maka akan segera ketinggalan jaman.

Kami diajarkan untuk hidup sederhana, walau ada. Makan di warteg bisa, makan pakai pisau garpu juga bisa. Naik mobil bak terbuka bisa, naik pesawat juga bisa. Bergaul dan berbaur dengan semua pihak, tanpa pandang bulu. Bapak rajin mengajak kami, naik motor, untuk keliling ke pelosok, melihat kehidupan yang nyata, naik gethek / rakit nyebrang sungai, melihat sawah dll. Semua yang diinginkan, harus didapat dengan usaha / perjuangan, tidak didapat dengan mudah begitu saja. Kalau ada uang lebih, mending ditabung, karena jaman dulu belum umum perbankan, maka Ibu seringnya beli berupa perhiasan.
Alhamdulillah, itu semua sangat berguna, terutama di saat pandemi, masa sulit ini. Makan apa adanya, tidak masalah. Pakai baju yang ada, tidak masalah.Tidak konsumtif, saving money. Terbiasa tiap bulan menyusun budget, dan tidak boleh besar pasak dari pada tiang, harus disiplin.

Berdasarkan budget, saya tahu bulan apa yang perlu biaya banyak (misal : jan & apr bayar pajak kendaraan, bayar THR pas lebaran, beli hewan kurban, dll), untuk itu beberapa bulan sebelumnya harus nabung dulu, persiapan.

Jujur rodo shocked juga ketika baca di medsos, ada orang yang gaji tiap bulan 80 jt, tapi kondisi oleng ketika masa sulit ini. Ada juga yang gaji 20 juta, minta sumbangan dari pemerintah, belum lagi ada yang punya cicilan rumah 250 jt tiap bulan. Dan mereka semua kebingungan di masa sulit ini. Ternyata gaji besar tidak menjamin, tergantung gaya hidup masing-masing.

So guys, kuncinya adalah : hidup sederhana, sesuai kemampuan, tidak konsumtif, rajin menabung.
Salam sehat selalu.


Komentar