Corona, Covid-19

China, yang mengawali wabah corona, dimulai pada akhir 2019. Indonesia, penderita pertama pada tg 2 Maret 2020. Solo, tempat aku tinggal, kabar positif tg 13 Maret 2020, sejak itu langsung penetapan KLB (kondisi Luar Biasa), dimana anak sekolah semua level mulai diliburkan selama 2 minggu. Kemudian merebak istilah social distancing, lanjut dengan physical distancing. Semua orang mendadak menjadi "ahli baru" atau "dokter baru". Berbagai WA bertebaran, ga jelas benar apa hoax. Orang jadi panik, antara borong masker, borong hand sanitizer, borong ini itu.

Yang pasti, corona belum ada obat-nya, yang bisa dilakukan adalah mencegahnya. Yang paling efektif adalah social / physyical distancing. Hindari kerumunan, jaga jarak, dan tinggal di rumah semaksimal mungkin. Anak sekolah : belajar online, karyawan (yang bisa) : work from home. Tapi buat kami yang factory, agak susah, karena uang berdasarkan output. Yang paling susah adalah warga umum, karena "merasa situasi baik-baik saja", maka mereka masih bertebaran di muka bumi.

Untuk factory tempat aku kerja, diberlakukan protokol ketat : tiap masuk dicek suhu, harus pakai masker, disediakan hand sanitizer, disediakan banyak tempat untuk cuci tangan, ada chamber desinfektan, ruang disemprot desinfektan, duduk diberi jarak 1 mt, tidak boleh dinas luar kota (terlebih luar negeri), dll. Ini juga untuk tamu yang datang. Semua kunjungan batal, semua genda reschedule.

Memang susah, kalau menghadapi hujan badai / banjir, maka "lawan" kita terlihat, orang memang tidak bisa pergi. Tapi kalau "lawan" virus yang ga kelihatan, dan orang merasa sehat, maka dilarang pergi adalah hal yang mustahil. Itulah kenapa Itali dan USA penyebarannya sangat cepat, karena tidak mengindahkan perintah.
Indonesia, sebagai masyarakat yang senang bersosialisasi dengan banyak orang : arisan, pengajian, melayat, kondangan, berkunjung, ibadah, mudik, nge-mall, reuni dll, juga akan sangat susah. Tiba-tiba ga boleh ketemu saudara, ga boleh sholat jum'at, ga boleh ke gereja, dll. Harus diam di rumah.

Secara aku, yang orang rumahan, mungkin ga terlalu masalah : pulang kantor ya di rumah sampai besok saatnya berangkat lagi ke kantor. Keluar malam hanya kalau ada undangan. Yang pasti libur : pengajian, berenang, salon dan pijat. Selebihnya ga masalah. Di rumah bisa bersih-bersih, baca buku, bangun siang hehe.

Menarik juga mengamati fenomena ini, karena terjadi di seluruh negara di dunia. Penasaran dengan "pesan" yang pengin Allah sampaikan lewat ini semua. Sampai umroh ga bisa, masjid sepi, ga bisa sholat jum'at, tarawih dan sholat Ied pun terancam tidak akan ada. Padahal itu semua kan ibadah untuk Allah. Jadi ada apa?

Semuanya back to basic : kembali ke rumah, kembali ke keluarga, melupakan urusan dunia, ibadah pun notabene "hubungan khusus antara diri dan Allah". Mungkin umroh dan lain-lain saat ini lebih mengarah ke riya' dan merasa diri lebih baik dan bermewah-mewah. Melupakan esensi dasar beribadah. Bersilaturahim juga lebih ke hura-hura, melupakan teman / saudara yang mungkin kekurangan. Berpakaian juga lebih ke pamer dan berlebihan, bukan ke fungsi dasar. Piknik tidak lagi untuk mengagumi keindahan ciptaanNya tapi demi gengsi dan foto yang bagus.

Di rumah, pakai baju sederhana, makan seadanya (cukup untuk hidup), meningkatkan kualitas ibadah pribadi, mengingat kondisi teman / saudara yang kekurangan. Semuanya dilakukan dalam koridor : tidak berlebihan. Kembali kepada Allah, menyerahkan semua urusan kepada Allah, cukuplah Allah sebagai pelindung. Berusaha dan tawakal.

Sepertinya Allah merasa, pelajaran menahan hawa nafsu selama sebulan di Ramadhan masih kurang mempan untuk manusia jaman now, mesti 3 bulan : Rajab, sya'ban dan ramadhan.
Dan kalau ditanya, kalau situasi sudah kembali normal, apa yang paling ingin dilakukan? Menjadi bingung, karena keingina itu tidak lagi "menguasai". Lebih ke arah : bebas dari rasa khawatir.
- ketika orang menghujat cadar, tiba-tiba saat ini semua orang "bercadar" (masker)
- ketika orang berdalil ibadah di masjid lebih baik, tiba-tiba semua masjid "ditutup" (sholat sendiri-sendiri di rumah)
- ketika orang terlalu ramah dan cipika cipiki bahkan dengan lawan jenis, tiba-tiba dilarang bersalaman dan harus menjauh.

Semoga semua orang bisa mengambil pelajaran dari Corona.

Komentar