Perilaku yang berkelas

Saat ini, di belahan dunia manapun, sedang mengalami hal yang sama : INTOLERANSI. Ini terjadi pada semua : suku, agama, ras dan budaya. Betapa masing-masing pihak : merasa paling benar sendiri, merasa paling baik, (otomatis berarti yang lain salah dan tidak baik), kemudian memaksakan kehendak agar yang lain sama dengan dirinya. 

Saya tidak tahu ini dimulai dari mana, kapan atau karena apa. Tiba-tiba menjadi "wabah" yang berkembang dengan sangat cepat. Sepertinya, sebetulnya, mereka ini sekelompok kecil yang menjadi lumayan besar, bersuara keras (memanfaatkan semua media), dan memberi pengaruh dengan cara yang sangat efektif. Terutama jika itu masalah agama, maka janji surga adalah janji yang sangat membius, dan langsung "ditelan" begitu saja tanpa "dikunyah" terlebih dahulu. 
 
Betapa saya rasa semua orang merindukan masa lalu, dimana : bagaimanapun kita semua memang berbeda (suku, ras, agama dan budaya), tapi kita semua bisa saling hidup berdampingan, tidak ada masalah, menghargai semua bentuk perbedaan, menghormati keyakinan masing-masing. Hidup bertetangga, dengan teman sekolah, dll.
 
Mungkin ini karena kemajuan jaman ya hehe. Banyak orang pintar tapi sikap dan perilakunya ngga banget. Cara dan gaya bicara nya, baik ke sesama, ke yang lebih muda terlebih ke yang lebih tua. Cara memperlakukan orang lain. Bersikap ketika di public area. Bersikap ketika di dalam public transportation. Dll dsb masih banyak banget. By the way aniway, itu semua kan ada aturan dan sopan santun-nya. Itu yang kurang banget saat ini. Bisa beli tiket pesawat tapi kelakuannya tidak berkelas. Bisa makan di resto mahal, tapi kelakuannya malu-maluin. Bisa belanja ini itu, bisa travel kemana aja, bisa apa aja, tapi ya itu tadi.
 
Contohnya banyak : tidak mau antri alias main serobot, duduk seenaknya tanpa memperhatikan sekeliling (misal ada orang tua / ibu hamil / anak2), makan ambil porsi banyak setelah itu ga dihabiskan, telp hp didalam ruang dengan suara keras, dll dsb. Begitulah.
 
Belajar dari Jepang, kenapa mereka dari negara yang "hancur lebur" tapi bisa tumbuh menjadi negara maju dengan tetap mempertahankan budaya mereka (kimono, sumo, upacara adat, dll). Karena mereka : DISIPLIN. 
 
Belajar dari negara paling aman dan bahagia di dunia, yaitu Finlandia, juga sebagai negara dengan sistem pendidikan paling baik : anak-anak masuk sekolah umur 7, semua saling bersosialisasi, bekerja sama demi kebaikan semua, dll. 

Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak? Kuncinya : MAU, mau belajar, mau menerima, mau menghargai, mau menghormati, mau rendah hati.

Lucu adalah, ketika teman ku yang menjalankan syariat dengan benar, malah kejepit antara 2 posisi. Dia berhijab panjang, suaminya bercelana cingkrang. Tapi mereka biasa aja sebetulnya. Kakak ipar china mualaf, tetangga kanan kiri china (dan tetap bergaul biasa), budhe bulik campuran agama lain (tetap menyantuni dan tetap hormat kepada orang tua), no problemo banget. Tapi kenyataannya, secara blok kiri, mereka dicurigai radikal (karena kostum). Secara blok kanan, mereka dibilang pengecut (karena ga mau ikut demo atau gerakan ala mereka).

Kembali ke laptop, mari kita kembali ke ajaran agama yang baik dan benar : menghargai orang lain, menghargai perbedaan, menghormati semua orang. Perbaiki kelakuan masing-masing, agama itu dilakukan harus diawali dengan dipelajari, tidak asal ikut. Ustadz juga manusia, bisa salah kan?
Itulah pentingnya belajar. 

Semoga Allah melindungi kita semua. Kembali ke agama yang lurus dan benar sesuai kaidah nya. Merindukan Indonesia yang damai, bhineka tunggal ika.

Komentar